Diskomifotik Rohil - Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Rokan Hilir di kawasan Batu Enam menjadi pusat perhatian masyarakat pada Sabtu (13/9/2025), ketika perhelatan budaya “Riau Bertanjak” digelar secara meriah namun tetap sarat dengan khidmat dan kebanggaan. Kegiatan ini meneguhkan kembali makna tanjak sebagai simbol kehormatan, martabat, serta identitas kultural masyarakat Melayu, khususnya di Kabupaten Rokan Hilir.
Acara tersebut dihadiri berbagai tokoh strategis, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Hadir di antaranya Staf Ahli Bidang Ekonomi Azuan yang mewakili Bupati Rokan Hilir, Kapolsek Bangko, Datuk Sri Herman, Kepala Bidang Kebudayaan, serta tamu kehormatan dari Malaysia, Dr. Johan Iskandar. Turut serta pula Datuk Bahtiar selaku Sekretaris Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Rohil, Ketua Serumpun Riau, perwakilan dari Kesultanan, serta delegasi dari Kota Pekanbaru dan Kota Dumai.
Dalam sambutannya, Datuk Seri Jufrizan, selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian LAMR Rokan Hilir, menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kepercayaan yang diberikan kepada LAM Rohil sebagai tuan rumah kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa forum “Riau Bertanjak” hendaknya tidak sekadar dipandang sebagai seremoni tahunan, melainkan menjadi medium strategis untuk membangkitkan kembali kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya.
“Tanjak bukan sekadar penutup kepala, melainkan lambang kehormatan dan marwah orang Melayu,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Rokan Hilir H. Bistamam, dalam sambutan yang dibacakan Staf Ahli Bidang Ekonomi, Azuan, menekankan bahwa kebudayaan Melayu bukan hanya identitas etnis, tetapi juga modal sosial yang berperan penting dalam pembangunan berkelanjutan.
“Melalui kegiatan Riau Bertanjak, marilah kita jadikan budaya sebagai nafas kehidupan, bukan sekadar warisan masa lalu. Budaya Melayu merupakan fondasi yang akan memperkuat daya saing daerah, sekaligus memperkokoh jati diri bangsa di tengah arus globalisasi,” tegasnya.
Lebih lanjut disampaikan, kegiatan budaya hendaknya diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu menghadirkan daya tarik pariwisata yang mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, serta beradaptasi dengan perkembangan zaman melalui inovasi dan kreativitas generasi muda.
Staf Ahli menambahkan bahwa filosofi Melayu, yang terwujud dalam tanjak sebagai simbol kehormatan, keris sebagai representasi kekuatan, serta prinsip kebersamaan yang tercermin dalam ungkapan “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”, harus terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Sebagai bentuk penghormatan, Dr. Johan Iskandar dari Warisan Seni Tradisional Melayu Malaysia berkesempatan memakaikan tanjak kepada sejumlah tokoh daerah, termasuk Ketua MKA LAM Rohil, Kepala Kejaksaan Negeri, Kapolsek, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, serta Kepala Bidang Kebudayaan.
Rangkaian acara ditutup dengan peninjauan bazar UMKM lokal yang turut memeriahkan kegiatan. Bazar tersebut menjadi wadah bagi para pelaku usaha kecil menengah untuk memasarkan produk unggulan, sekaligus mendorong peningkatan ekonomi keluarga berbasis kearifan lokal.
Melalui perhelatan Riau Bertanjak 2025, masyarakat diingatkan bahwa budaya bukan hanya bagian dari warisan leluhur, tetapi juga instrumen strategis dalam membangun identitas kolektif, memperkuat solidaritas sosial, dan membuka peluang pengembangan ekonomi kreatif di tingkat lokal maupun regional.
Adapun Tokoh yang Hadir dalam Kegiatan Riau Bertanjak 2025 diantaranya ;
Datuk Seri Jufrizan, Ketua Umum DPH LAMR Rokan Hilir
Dr. (H.C.) Johan Iskandar, Warisan Seni Tradisional Melayu Malaysia
Utusan dari Kesultanan Serdang – Kesultanan Asahan
Datuk Herman Maskar, Ketua Umum DPH LAMR Kabupaten Pelalawan
Para utusan Kabupaten/Kota se-Provinsi Riau
Para Pejabat Tinggi Pratama di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir
Editor : Amrial